Senin, 17 Oktober 2011

HIDROPONIK

                                        PENDAHULUAN               

Latar Belakang
            Di Indonesia, bercocok tanam secara hidroponik masih termasuk baru. Bisa diperkirakan mulainya baru sekitar akhir tahun 80-an. Sebagai tekologi baru, ketika itu peminatnya masih sedikit sekali karena selain membutuhkan biaya besar informasi tentang hidroponik belum menyebar di khalayak ramai. Itu sebabnya mencari orang-orang yang telah mencoba teknologi ini masih sulit, meski sudah ada satu atau dua yang mencoba (Lingga, 1991).
            Hidroponok berasal dari kata hydroponick, bahasa Yunani. Kata tersebut marupakan gabungan dari dua kata, yaitu hydro artinya air dan ponos yang artinya bekerja. Jadi, hidroponik artinya pengerjaan air atau bekerja dengan air. Dalam hidroponik ini tidak digunakan tanah, hanya dibutuhkan air yang ditambah nutrien sebagai sumber makanan bagi tanaman (Prihmantoro dan Indriani, 1999).
            Bertanam secara hidroponik telah dikenal dari 100 tahun yang lalu. Namun, kepopulerannya baru berlangsung sejak tahun 1936, saat Dr. W. F. Gericke berhasil menumbuhkan tanaman tomat dalam kolam berisi air dan nutrien di laboratoriumnya. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa sebenarnya yang dibutuhkan tanaman bukanlah tanah, tetapi nutrien yang dilarutkan dalam air                            (Prihmantoro dan Indriani, 2000).
            Hidroponik merupakan pertanian masa depan sebab hidroponik dapat diusahakan di berbagai tempat, atau di atas apartemen sekalipun. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Oleh karena itu, harga jual panennya tidak khawatir akan jatuh. Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya relatif  bersih, media tanamanya steril, dan tanaman terlindung dari terpaan hujan (Hartus, 2002).
            Hidroponik NFT (sayur-sayuran) pertama kali muncul di Inggris pada tahun 1970. Kini NFT  berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Namun, penggunaannya maih terbatas karena informasinya belum tersebar luas. Selain itu, biaya yang relatif mahal juga menjadi salah satu kendala pengembangannya. Di dunia, NFT paling banyak diterapkan di Australia (Untung, 2000).
Tujuan Percobaan
            Adapun tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan tanaman aglonema (Aglaonema sp.) secara hidroponik.
Kegunaan Percoban
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat  mengikuti   praktikal   test   di   Laboratorium 
   Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.






                                                                                                            
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
                 Sistematika Aglonema sp. Menurut Steeenis (2005) dalam bukunya yang berjudul flora yaitu:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Kelas               : Monocotyledoneae
Ordo                : Alismatales
Famili              : Araceae
Genus              : Aglaonema
Spesies            : Aglaonema sp.
                 Aglaonema memiliki akar serabut yang berfungsi sebagai pencari pakan di dalam tanah dan menpang tanaman. Akar aglaonema berwarna putih dan gemuk (berair) jika tanaman dalam kondisi sehat. Namun, jika dalam keadaan sedikit, akar tanaman akan berwarna cokelat dan kurus (Subono dan Andoko, 1998).
                 Batang aglaonema berbuku-buku dan tidak berkayu dan batangnya pun cenderung berair. Batangnya berwarna hijau, putih, ataupun merah. Ukurannya relatif pendek dan kecil (http://unytisflowers.com, 2010).
`               Aglaonema memiliki daun yang bentuknya cukup variatif. Dari oval, oval tak beraturan, oval dengan ujung lancip sampai lanset meskipun relatif tipis, daun aglaonema memiliki tekstur yang kaku (Subono dan Andoko, 1998).
                 Bunga aglaonema memiliki penampilan yang kurang menarik dibandingkan dengan bunga-bunga tanaman lain yang berfungsi menarik serangga datang membantu penyerbukan. Bunga tersebut hanya berupa tangkai memanjang, seperti tongkol jagung yang ramping berwarna putih kekuningan. Serbuk sari atau bunga jantan terletak di bagian atas, sedangkan putik atau bunga betina terletak di bagian bawah dekat pangkal (Hasim, 1995).
                 Buahnya berukuran diameter 1 cm. Buahnya akan muncul pada pangkal dengan bentuk tonjolan-tonjolan kecil. Sepintas buah aglaonema ini mirip dengan buah kopi. Buahnya akan matang setelah mencapai umur 8 bulan                (http://prosmayanti.com, 2010).
                 Biji aglaonema keluar setelah buah matang dan berwarna merah, daging buah dikupas dan didapat biji berwarna cokelat yang siap disemaikan menjadi tanaman baru (Subono dan Andoko, 1998).











 

Syarat Tumbuh
Iklim
                 Sifat-sifat aglaonema yaitu peka terhadap sinar matahari, cenderung menyukai air, menyukai tempat yang lembab, juga pertumbuhannya lambat. Aglaonema membuuhkan lingkungan yang optimal, yaitu lingkungan yang memiliki suhu 20-24 C dengan penyinaran yang sedikit dan kelembaban yang tinggi   (Subono dan Andoko, 1998).
                 Tanaman aglaonema dapat tumbuh dengan baik ditempat yang terlindung namun tetap perlu terkena sinar matahari, walaupun tidak terlalu banyak. Jika lokasi penanaman berada di dataran sedang, sebaiknya digunakan shading net 75% agar cahaya masuk hanya 25%. Sementara itu di dataran rendah sebaiknya menggunaka shading net 80-85% agar cahaya yang masuk hanya 20-25%  (http://prosmayanti.com, 2010).
                         Berdasarkan sifatnya yang menyukai tempat yang relatif teduh sebaiknya aglaonema di tanam di tempat-tempat yang terlindungi. Aglaonema juga membutuhkan sinar matahari tapi hanya secukupnya. Oleh karena itu ia disebut tanaman indoor (Subono dan Andoko, 1998).
Tanah
                 Agar sesuai dengan kondisi habitat aslinya, media tanam aglaonema harus dibuat kaya unsur hara dan bersifat porous. Dengan pertimbangan seperi itu beberapa pakar tanaman hias tidak merekomendasikan tanah sebagai salah satu unsur penyusun media tanam. Tanah bersifat mengikat air, sehingga mengurangi sifat porous media tanam  (Subono dan Andoko, 1998).
                 Untuk memiliki tanaman aglaonema yang tumbuh sehat dan baik diantaranya adalah dengan menggunakan media dengan komposisi yang baik. Media tanam untuk aglaonema akhirnya hanya tersusun dari bahan-bahan yang rngan tetapi kaya unsur hara. Campuran yang paling banyak digunakan adalah cocopeat dan arang sekam dengan perbandingan sama (http://tanamanhidroponik.com, 2010).
                 Umumnya derajat keasaman suatu larutan pupuk berada pada kisaran pH 5,5-6,5 atau bersifat asam. Pada kisaran tersebut daya larut unsur-unsur hara makro dan mikro sangatlah baik. Bila angkanya berada di bawah pH tersebut maka daya larut unsur hara tersebut tidal sempurna lagi. Akibatnya tanaman akan menampakkan gejala defisiensi unsur hara tertentu (Sutioso, 2003).












 

Hidroponik
            Prinsip dasar hidroponik dapat diterapkan dalam berbagai cara, lewat pemahaman dasar-dasar hidroponik, maka setiap peminat dapat memilih caranya atau menciptakan bentuk baru yang sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian metode hidroponik dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan dan ruang yang tersedia. Jadi tidak perlu harus terpaku dengan satu cara atau meniru cara atau bentuk hidroponik yang sudah ada (Lingga, 1991).
            Sistem hidroponik NFT jauh berbeda dengan hidroponik substrat. Pada hidroponik substrat, tanaman ditumbuhkan di media non tanah, seperti arang sekam, zeolit, batu kerikil. Pada medi inilah akar berkembang. Sementara pada hidroponik NFT, akar tanaman terendam dala air yang mengandung pupuk. Air bersikulasi selama 24 jam terus-menerus. Lapisan air sangat tipis, sekitar 3 mm sehingga mirip film. Oleh karena itu teknik ini disebut NFT (Untung, 2000).
            Beberapa kelebihan tanaman dengan sistem hidroponi antara lain: 1) ramah lingkungan, 2) tanaman ini tidak merusak tanah, 3) bisa memeriksa akar tanman secara periodik, 4) pemakaian air lebih efisien, 5) hasil tanaman bisa dimakan secara keseluruhan, 6) lebih hemat, 7) pertumbuhan tanamn lebih cepat. 8) bisa menghemat pemakain pupuk, 9) tidak perlu banyak tenaga kerja, 10) lingkungan kerja lebih bersih, 11) tidak ada masalah hama dan penyakit tanaman (http://sumansutra.wordpress.com, 2010).
            Media tanam hidroponik harus memenuhi persyartan sebagai berikut, yaitu: dapat menyerap air, tidak mengubah warna, tidak mudah tidak mempengaruhi Ph air, tidak mudah  lapuk dan membusuk. Media tanam kultur hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam anorganik dan organik. Media tanam anorganik contohnya batu apung yang berasal dari larva gunung berapi sifatnya ringan, sukar lapuk dan tidak mempengaruhi Ph. (Verma, 2002).
            Cara pemberian pupuk yang umum dilakukan adalah dengan menabur ke tanah atau menyemprotkan ke daun. Akan tetapi, pada hidroponik pupuk diberikan dalam bentuk larutan dan lebih dikenal dengan istilah nutrien. Kandugan unsur hara yang dibutuhkan untuk tanaman hidroponik tidak berbeda dengan tanamn di media tanah (Palungkun, dkk, 1999).
            Beberapa hal yang dapat menyebabkan hidroponik gagal dan kurang subur adalah tanamannya belum mengalami adaptasi, terjadi kesalahan dalam melakukan hidroponiknya. Contohnya batu apungnya kurang bersih atau kurang steril dari garam-garam mineral dan pasir (Kaufman, dkk, 1983).
Batu apung putih mempunyai kelebihan yang sama dengan batu apung merah dan masih ada keuntungan lain yaitu madia ini tahan lama dan dapat ditempatkan dimana saja, memiliki ruang pori yang besar sehingga mampu menyimpan cadangan air, selain itu ruang pori yang besar bisa sebagai tempat melekatnya akar (Prihmantoro dan Indriani, 1999).


           




 

Bayfolan
            Pengertian dari bayfolan adalah pupuk cair yang berbentuk cair yang lengkap sebagai bahan makanan serta follar dan akar, cocok untuk semua jenis tanaman agrikultural dan hortikultural serta tanaman-tanaman hias dan tanaman rumah (http://eapindo.com, 2010).
            Bayfolan merupakan pupuk daun lengkap, berbentuk cair, produksi Bayer. Kandungan kadar N 11%, P2O5 10 %, K2O 6 % dan unsure – unsure hara mikro lainnya yang melengkapi yaitu Fe, Mn, Cu, Zn, Co, No. Gelatin serta zat penyangga. Warna cairannya hijau agak kehitam – hitaman. Dianjurkan sebagai konsentrasi normal 0,2 % 200 cc. Bayfolan dilarutkan dalam air / pelarut sebanyak 100 liter. Bayfolan merupakan pupuk cair sebagai bahan makanan secara foliar (daun) dan akar
(Sutejo, 1995).
            Bayfolan merupakan campuran makro dan mikro, seperti pupuk Rastika. Sering juga ke dalam campuran makro dan mikro ini ditambahkan zat pengatur tumbuh. Kandungan hara baypfolan antara lain PO, KO, Fe, Mn, Cu, Zn, Na, geltin, zat penyangga, dan sebagainya. Dianjurkan sebagai konsentrasi normal 0,2 % untuk 200 cc bayfolan dilarutkan dalam 0,5 pelarut sebanyak 100 L (Soesono, 1991).
            Pupuk daun bayfolan ini juga mengandung antibiotik atau pemusnah kuman serta vitamin yang berfungsi untuk menegatifkan sel-sel yang rusak atau sel-sel yang mati, mendorong pertumbuhan sel-sel baru, merangsang pertumbuhan batang, daun agar lebih menghijau serta agar bunga lebih meningkat (Atjung, 2007).
           
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu            
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan              Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggia tempat                + 25  meter dari permukaan laut pada tanggal 3 September 2010                          pukul 07.30 WIB sampai dengan selesai .
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aglaonema (Aglaonema sp.) sebagai objek percobaan, batu apung sebagai media tanam, bayfolan sebagai pupuk cair yang akan disemprot ke tanaman, label nama sebagai penanda, air sebagai media tanam.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini  ember sebagai media tanam aglonema, gabus sebagai penyerap air, lidi sebagai media gabus, alat tulis sebagai pencatat data, tipe-x sebagai penanda, pisau dan gunting sebagai alat pemotong, pipa paralon sebagai saluran air, dan penggaris sebagai alat ukur.
Prosedur Percobaan
- Disterilkan batu apung dengan cara direbus dalam air panas selama lebih
  kurang 30 menit.
- Disterilkan akar tanaman dari kotoran dan bagian akar yang sudah mati.
- Dimasukkan batu apung lebih kurang   bagian   ember   dan    dimasukkan   pipa
  paralon tegak di tengah pot.
- Dimasukkan tanaman aglaonema dan diisi batu apung   lagi   hingga   tertutup   akar
  tanamannya.
- Dimasukkan akar gabus yang telah di tusuk  lidi  pada pipa   paralon   yang   ada   di
   dalam pot untuk mengetahui ketinggian air.
- Diberi pupuk bayolan setelah seminggu.
- Diamati tanaman pada tiap minggunya.


















 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tanggal Pengamatan
Jumlah Daun
Observasi Visual
3   September 2010
40
Daun segar 38, rusak 2,  tunas 8
10 September 2010
42
Daun segar 38, gugur 4, tunas 8
17 September 2010
46
Daun segar 40, gugur 6, tunas 6
24 September 2010
46
Daun segar 41. Gugur 5, tunas 6
1   Oktober 2010
48
Daun segar 36, gugur 12 tunas 5
8   Oktober 2010
50
Daun segar 40, gugur 10, tunas 5
15 Oktober 2010
53
Daun segar 47, gugur 9, tunas 5
22 Oktober 2010
56
Daun segar 47. Gugur 13, tunas 4
29 Oktober 2010
60
Daun segar 47, gugur 13, tunas 4
4   November 2010
62
Daun segar 49, gugur 13, tunas 3

Pembahasan 
            Berdasarkan hasil percobaan diperoleh jumlah daun Bambu Jepang   (Dracaena goodsefina), setiap minggunya bertambah jmlahnya. Hal ini karena kebutuhan haranya terpenuhi dalam tumbuhan melakukan fotosintesis. Media tanam tidak mempengaruhi tanaman dalam menyerap unsur hara, walaupun media tanamnya adalah air, bukan tanah asalkan air tersedia bagi tanaman Bambu Jepang. Hal ini sesuai dengan literatur Hasim (1995) yang menyatakan bahwa dalam perkembangannya sejak mulai 40 tahun yang lalu hidroponik telah banyak mengalami perubahan-perubahan. Media yang digunakan sudah bermacam-macam seperti air dan bukan tanah.
            Pada percobaan ini, pupuk yang digunakan adlah Bayfolan, kegagalan tanaman dengan media hidroponik dapat juga dikarenakan kurangnya unsur hara yang diberikan pada tanaman. Hal ini tampak misalnya pada daun yang menguning bahkan mati. Bayfolan mengandung kadar N 11%, P2O5 10%, K2O 6% yang dibutuhkan tanaman bagi kehidupannya. Hal ini sesuai dengan literatur Sutedjo (2002), bahwa kandungan kadar Bayfolan yaitu N 11%, P2O5 10%, K2O 6% dan unsur-unsur haara mineral lainnya yang melengkapi yaitu: Fe, Mn, Cu, Zn, dan No.
            Kelebihan dari hidroponik selain dapat diusahakan diberbagai tempat, pemeliharaan lebih mudah dan lebih bersih, media yang digunakan relatif steril dan tidak rentan serangan hama dan penyakit. Hal ini sesuai dengan literatur Hortus (1991) yang menyatakan bahwa hidroponik adalah tanaman masa depan sebab dapat diusahakan diberbagai tempat. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim.
            Jumlah daun tertinggi terdapat pada minggu ke sepuluh yaitu sebesar 62 dan muncul 3 tunas baru. Hal ini dikarenakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat terpenuhi sehingga jumlah daun naik secaa konstan. Penambahan unsur hara ini dapat dilakukan dengan Bayfolan cair. Hal ini sesuai dengan literatur Sutedjo (1990) yang menyatakan Bayfolan adalah pupuk berbentuk cair yanglengkap unsur hara sebagai bahan makanan. Bayfolan masuk kedalam tanaman melalui daun dan akar.
            Dari hasil percobaan, minggu ke minggu pertambahan daun tampak konstan. Hal ini karena pemeberian pupuk Bayfolan yang teratur diberikan, sehingga pertumbuhan tanaman tumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan literatur dari Sutedjo (1995) yang menyatakan Bayfolan merupakan pupuk daun lengkap berbentuk cair, dengan kandungan N yang dapat menyehatkan pertunbuhan daun dan phosphor mempercepat pertumbuhan.
            Media tanam diberikan batu apung, hal ini bertujuan tanamn masih dapat bernafas dengan baik karena batu apung terdapat pori-pori. Hal ini sesuai dengan literatur Hasim (1995) yang menyatakan media tanam yang digunakann pun ada yang bersifat dan sengaja dibuat khusus contohnya seperti batu apung.


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.  Jumlah daun tertinggi pada minggu kesepuluh yaitu 62 daun dengan observasi visual 59 daun segar dan 3 tunas baru.
2. Jumlah daun terendah pada minggu pertama yaitu 40 daun dengan observasi visual 38 daun segar dan 8 tunas baru.
3. Pada percobaan digunakan pupuk cair Bayfolan pengganti unsur hara.
4. Kelebihan hidroponik adalah mudah dalam perawatan, dapat ditanam kapan saja dan lebih bersih.
5. Kandungan Bayfolan adalah N 11%, P2O5 10%, dan K2O 6%.
Saran
            Sebaiknya dalam menghitung daun tanaman harus teliti agar jumkah daun yang diperoleh adalah jumlah yang sebenarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar