Senin, 17 Oktober 2011

TRANSPORTASI ZAT HARA


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hara yang diangkut oleh tumbuhan merupakan hara-hara esensial. Kriteria hara esensial, yaitu; (1) Tanpa elemen tersebut tanaman tidak dapat memenuhi siklus hidupnya (dari pertumbuhan sampai reproduksi), (2) Elemen tersebut tidak dapat digantikan dengan elemen lain, (3) Keperluan elemen itu langsung (bukan karena pengaruh tidak langsung seperti keracunan). Peranan usur hara bagi tanaman bisa lebih dari satu. Tanaman menyerap hara dari dua sumber, yaitu; a) hara tanah (sudah tersedia dalam tanah), b) hara yang berasal dari pupuk yang ditambahakan ke tanah atau disemprotkan ke tanaman (Mawarni, 2010).
Air dan zat hara yang diserap akar diangkut akar menuju daun akan dipergunakan sebagai bahan fotosintesis yang hasilnya berupa zat gula/amilum/pati. Pengangkutan hasil fotosintesis berupa larutan melalui phloem secara vaskuler ke seluruh bagian tubuh disebut translokasi. Untuk membuktikan adanya pengangkutan hasil fotosintesis melalui phloem dapat dilihat dari proses pencangkokan. Batang yang kehilangan kulit (phloem) mengalami penghambatan pengangkutan akibat terjadinya timbunan makanan yang dapat memacu tumbuhnya akar apabila batang yang terkelupas kulinya tertutup tanah yang basah (http://klik belajar.com,2010).
            Jaringan pengangkut atau vaskular tissue umumnya hanya tersdapat pada tumbuhan tingkat tinggi, sedangkan pada tumbuhan tingkat rendah pengangkutan air dan zat-zat makanan cukup dilangsungkan dari sel-sel lain, hanya pada tumbuhan tingkat tinggi terutama yang hidup dan berkembang di daratan yang organ serta alat-alat yang dipunyai adalah lebih besar dan kompleks dibandingkan tumbuhan tingkat rendah (Tjitrosomo, 1990).
Alat-alat transportasi pada tumbuhan terdiri dari dua, yaitu; (a) Pembuluh kayu (xilem) merupakan alat transportasi yang fungsinya untuk menyebarkan air dan zat mineral dari akar sampai bagian-bagian tubuh tumbuhan, (b) Pembuluh tapis (floem) merupakan alat transportasi yang fungsinya untuk mengedarkan zat makanan hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tubuh tumbuhan   (Bilgrami, dkk, 1998).
            Kecepatan perjalanan zat-zat terlarut melalui xilem dipengaruhi oleh kegiatan transpirasi, dan perjalanan transportasi dan fotosintesis. Pada waktu siang, kecepatan transpirasi lebih besar sdari pada wakru malam. Sebaliknya pengiriman karbohidrat dari daun ke buah yang sedang berkembang berlangsung lebih cepat pada malam hari dari pada di siang hari (Fitther dan Hay, 1991).
Tujuan Percobaan
            Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan daerah pengangkutan zat hara pada tanaman pacar air (Balsamina impatient) dan bayam duri (Amaranthus spinosus L.).
Kegunaan Percobaan
            Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misalnya ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui saluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misalnya spermatophyta) proses pengankutan dilakukan oleh pembuluh pengangkut terdiri dari xilem dan floem (Soemarworo, 1990).
Alat yang berperan pada transportasi zat-zat hara yaitu xilem, yang mengangkut air dan mineral ke daun dan sebagai penyokong tanaman, tersusun atas trakeid yang tersusun oleh sel-sel tunggal yang memanjang berbanding tebal dan berupa sel mati. Dibeberapa tempat, sel mati itu berdinding tipis, yang disebut noktah. Noktah-noktah trakeid yang berdekatan terletak saling berpasangan, mereka hanya terpisah selapis tipis dinding sel (Pradhan, 2001).
Perjalanan garam-garam mineral yang berasal dari tanah itu ke atas melalui xilem setelah sampai di daun sebagian dan garam-garam tersebut digunakan di dalam daun dan sebagian yang lain diedarkan ke bawah dan ke atas  melalui floem. Pembesaran dari xilem ke floem dan sebaliknya, maka didapati juga pengakutan zat makanan secara transversal yang berlangsung melalui jari-jari empelur (Dwidjosoeputro, 1980).
            Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara, antara lain; a) faktor air untuk melarutkan unsur hara atau zat mineral sehingga mudah menyerap air, b) daya serap akar, tekanan setiap tumbuhan berbeda-beda. Besarnya tekanan akar dipengaruhi oleh besar kecilnya/tinggi rendahnya tumbuhan. Bukti adanya tekanan/daya dari serap yang terjadi pada akar ini adalah pada batang yang dipotong maka air tampak tergenang dipermukaan tunggaknya, c) daya isap daun disebabkan adanya penguapan (transpirasi) air dari daun yang besarnya berbanding lurus dengan luas bidang penguapan (intensitas penguapan)    (Lakitan, 1996).
            Transpor aktif dapat terjadi secara langsung dan transpor aktif tidak langsung. Yang termasuk transportasi aktif adalah pompa Vdan P. Pompa tipe P adalah pompa H+ ATP-ase. Pompa Ca2+ ATP-ase melawan gradien konsentrasi keluar sel atau masuk vesikel sitoplasma. Tipe pompa V strukturnya sama dengan FoF1-ATP-ase. Transfor aktif tak langsung meliputi simprot dan antiport. Simport mengankut substansi dengan arah yang sama dengan ion pemandu, antiport mengangkut substansi dengan arah yang berlawanan dengan ion pemandu (Sumadi dan Aditya, 1989).
            Tumbuhan menyerap air dan mineral melalui rambut akar yang ganda di dekat ujung akar. Air dan mineral sebagai hara secara luas tersimpan dalam tanah dan biasanya dapat dimanfaatkan dalam jumlah kecil. Air meresap sampai pada akar melalui osmosis. Air berdifusi melalui ruang antar sel parenkim korteks yang disebut apoplas. Air juga berdifusi dari sel ke sel melalui plasmodesmata dan cara ini disebut dengan simplas (Nugroho dan Issirep, 2002).
            Bergeraknya unsur hara menuju akar ada beberapa cara, yaitu:
1.      Difusi, artinya gerakan ini hanya terjadi dalam jangka yang sangat pendek selama pertumbuhan tanaman.
2.      Aliran masa, artinya terjadi gerakan ion-ion. Aliran masa disebabkan adanya transpirasi dan drainase.
3.      Intersepsi, akar tanaman menyebar di dalam tanah menempati ruang terbesar dari jumlah seluruh ruang yang ditempati tanah.
4.       Transportasi aktif sistem, dengan cara menembus membran penghalang dengan menggunakan energi ATP. Dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah (Mukherji dan Ghosh, 2002).
Pada hakikatnya, terdapat dua cara pergerakan ion ke arah akar tanaman,
yaitu:
1.      Dengan aliran masa dalam air bergerak masuk menembus tanah menuju akar gradien potensial yang disebabkan oleh transportasi.
2.      Dengan difusi gradien konsentrasi dihasilkan oleh pengkolin ion pada permukaan akar.
Kecepatan perpindahan aliran masa jauh lebih cepat dibandingkan proses difusi tetapi kenyataanya ini hanya untuk beberap ion (Pandey dan Sinha, 2002).
            Molekul dan ion merupakan kesatuan dari gerakan yang tidak beraturan dalam tanah dan dapat diserap sebagai hara-hara yang dibutuhkan tanaman. Gerakannya seperti Browman, bergerak dengan adanya konsentrasi. Ion-ion masuk ke tanaman dengan gerakan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah disebut dengan difusi (Stein, dkk, 2000).
            Membran plasma sel mengendalikan laju pengangkutan dan jenis itu yang akan diangkut ke pembuluh xilem untuk ion-ion yang diserap langsung oleh sel-sel epidermis akan diangkut ke pembuluh xilem yaitu secara simplastik, melintasi beberapa dinding sel, sel korteks, endodermis, dan sel perisikel. Pengangkutan ini melewati dinding sel, lamela tengah, dan plasma membran atau pengangkutan (http://tedbio.multiply.com.2008).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m dpl pada hari Jumat, 22 Oktober 2010 pada pukul 8.00 WIB sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat Percobaan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah pacar air (Balsamina impatient)  dan bayam duri (Amaranthus spinosus L.) sebagai objek pengamatan, larutan eosin sebagai indikator percobaan, dan vaseline sebagai pelapis tanaman.
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini  adalah erlenmeyer sebagai wadah tanaman dan larutan eosine, pisau atau cutter untuk memotong dan mengupas kulit tanaman, penggaris untuk mengukur tinggi larutan eosin, dan stopwatch sebagai alat pengukur waktu.
Prosedur Percobaan
-        Disediakan tanaman pacar air (Balsamina impatient)  dan bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yang sama tinggi dan sama besar, tegak lurus, masing-masing 2 batang.
-        Dipotong bagian pangkal akar dan dikupas kulit batangnya sepanjang 3 cm dari pangkalnya.
-        Diberi perlakuan pada masing-masing tanaman:
Tanaman I : Pada bagian ujung pangkal diberi vaseline (xylem + vaseline)
Tanaman II: Pada bagian batang yang dikupas diberi vaseline (floem + vaseline)
-        Dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan eosin dan dibiarkan selama ± 30 menit.
-        Diukur ketinggian larutan eosin pada jaringan tanaman dan hitung laju transpirasi dengan rumus:


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tanaman: Pacar Air (Balsamina impatient)
Perlakuan
Tinggi Larutan Eosin (mm)
V = mm/detik
Xylem + vaseline
Floem + vaseline
350 mm
400 mm
0,194 mm/detik
0,22  mm/detik

-                                                         
350 mm                                                                        400 mm
 

                    
   Xilem + Vaselin               Floem + Vaselin
Komoditi: Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)
Perlakuan
Tinggi Larutan Eosin (mm)
V = mm/detik
Xylem + vaseline
Floem + vaseline
400 mm
370 mm
0,22 mm/detik
0,20 mm/detik
400 mm                                                                                         370 mm    


                  Xilem + Vaselin                Floem + Vaselin

Perhitungan                            
Rumus umum
Tanaman : Pacar Air (Balsamina impatient)
Xilem + Vaselin
Floem + Vaselin

Tanaman : Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)
Xilem + Vaselin
Floem + Vaselin

Pembahasan
            Dari hasil percobaan diperoleh hasil, bahwab pada tanaman pacar air (Balsamina impatient) perlakuan xilem+vaselin lebih kecil dari pada perlakuan floem+vaselin. Hal ini disebabkan cepatnya transportasi zat hara (larutan eosin pada percobaan) dari akar ke bagian tubuh tumbuhan lainnya yang dilakukan oleh pembuluh xilem. Hal ini sesuai literatur Dwidjosoeputro (1980) yang menyatakan bahwa perjalanan garam-garam mineral yang berasal dari tanah di bawa ke atas melalui xilem setelah sampai di daun sebagian garam-garam dan mineral digunakan di dalam daun dan sebagian yang lain diedarkan ke bawah dan ke atas melalui floem.
            Dari hasil percobaan didapat hasil, bahwa pada bayam duri     (Amaranthus spinosus L.) perlakuan xilem+vaselin lebih besar daripada perlakuan floem+vaselin. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan xilem+vaselin yang bekerja adalah floem, disini hasil transportasi zat hara tidak tertimbun melainkan diedarkan dengan floem. Hal ini sesuai literatur Pradhan (2001) yang menyatakan bahwa ada 2 sistem transportasi yang sama namun pada morfologi dan fisiologi keduanya berbeda. Mengingat jaringan xilem yang tebal dengan sistem dinding sel yang mati pada jaringan pembuluh tapis yang memiliki dinding hidup yang tebal.
            Pada percobaan seharusnya perlakuan floem+vaselin harus selalu lebih besar dari pada perlakuan xilem+floem, jaringan  pengangkut floem ditutupi oleh vaselin sehingga pada perlakuan ini jaringan pengangkut xilem yang bekerja, sehingga larutan eosin diserap tanaman melalui xilem menuju ke atas (daun). Hal ini sesuai literatur Bilgrami, dkk (1998) yang menyatakan bahwa pembuluh kayu (xilem) merupakan alat transportasi yang fungsinya untuk menyebarkan air dan zat mineral dari akar sampai bagian-bagian tubuh tumbuhan, dan pembuluh tapis (floem) merupakan alat transportasi yang fungsinya untuk mengedarkan zat makanan hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tubuh tumbuhan.
            Pada percobaan digunakan tanaman bayam duri dan pacar air yang masih mudah dan masih segar. Hal ini dikarenakan tanaman mudah mempunyai sel-sel dan sistem jaringan pengangkut yang lebih cepat dari pada tanaman yang tua. Dalam hal ini proses transportasi zat hara pada tanaman muda lebih baik dari pada tanaman yang tua, karena sel-selnya lebih aktif dari pada tanaman yang tua. Hal ini menunjukan bahwa faktor umur tanaman mempengaruhi pengangkutan zat hara. Hal ini sesuai literatur Tjitrosomo (1990) yang menyatakan bahwa umur tanaman mempengaruhi aktivitas sel-sel pada saat pembelahan.
            Pada percobaan ini digunakan larutan eosin yang berfungsi sebagai pengganti zat-zat hara yang akan diserap oleh tanaman. Larutan eosin yang berwarna merah sehingga dapat dibedakan dan kelihatan dengan jelas pada saat bergerak di sepanjang jaringan pengangkut. Hal ini dikarenakan warnanya yang cerah dan mengakibatkan larutan ini dapat diamati dengan mudah sebagai pengamatan indikator.














KESIMPULAN DAN SARAN
      Kesimpulan
1.      Pada bayam duri (Amaranthus spinosus L.) laju transpirasi pada perlakuan           xilem +vaselin sebesar 0,22 mm/detik.
2.      Pada bayam duri (Amaranthus spinosus L.) laju transpirasi pada perlakuan          floem+vaselin sebesar 0,20 mm/detik.
3.      Pada pacar air (Balsamina impatient)  laju transpirasi pada perlakuan                xilem+vaselin ssebesar 0,194 mm/detik.
4.      Pada pacar air (Balsamina impatient) laju transpirasi pada perlakuan                 floem+vaselin sebesar 0,22 mm/detik.
5.      Laju transpirasi terbesar adalah pada perlakuan xilem+vaselin pada tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yaitu sebesar 0.22 mm/detik, dan pada pelakuan floem+vaselin pada tanaman pacar air (Balsamina impatient) sebesar 0,22 mm/detik.
Saran
            Sebaiknya tanaman yang digunakan pada praktikum transportasi zat hara harus tanaman yang muda dan memiliki panjang dan besar batang yang sama yang bertujuan agar memudahkan praktikan dalam melihat trannsportasi zat haranya.





DAFTAR PUSTAKA
Bilgrami, K. S., Srivasta dan J. L. Shreemali. 1998. Fundamentals  of  Botani                                                                                                                                        Vikas Publishing Hourse PVT LTD, New York.
Dwijoseoputro,  D.,  1980. Pengantar  Fisiologi  Tumbuhan. PT  Gramedia,  Jakarta.
Fitther,  A   dan   R.   Hay.,   1991.   Fisiologi   Lingkungan   Tanaman.   UGM   Press, Yogyakarta.
tumbuhan 2010. Diakses tanggal 27 September 2010.
http://tedbio.multiply.com/jurnal/item/11/2008. Transportasi  Pada  Tumbuhan.  
Diakses tanggal 27 September 2010.
Lakitan, B., 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. CV Rajawali, Jakarta.
Mawarni,   L.,   2010.   Absorbsi   dan   Transloasi    Unsur    Hara.   Kuliah   Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Mukherji  dan  Ghosh.  2002.  Plant   Physiology. Tata  Me  Grow - Hill  Publishing  Company. Limited, New Delhi.
Nugroho, L. H dan Issirep. 2002. Biologi Dasar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pandey, S dan B. Sinha. 2002. Plant Physiology.  Vikas  Publishing  House PVT LTD, New York.
Pradhan, S., 2001. Plant Physiology. Hat Arond Publication PVT LTD, New York.
Soemarwono, I., Indrawarr., G. E.  Guhardjar., A. Akim., S. Sabanni dan K. S. Lili. 1990. Biologi Umum II. PT Gramedia, Jakarta.

Stein, K. R., E.  B.  James  dan  H.  J.  Shelley.  2000.   Introductiory   Plant   Biology  Edition  Eleven. McGrow Hill Migher Education, New York.
Sumadi dan M. Aditya. 1989. Biologi Sel. Graha Ilmu, Jakarta.
Tjitrosomo, S. S., 1990. Botani Umum. Angkasa, Bandung.

SUHU TANAH


PENDAHULUAN



Latar Belakang

            Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu berkorelasi positif dengan radiasi matahari. Suhu tanah maupun udara di sekitar tajuk tanaman. Tinggi rendahnya suhu di sekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahri, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah.

            Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting: bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses di atas. Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat baik secara fisik maupun kimia, menurunnya aktivitas enzim (enzim terdegradasi).

            Pengukuran suhu tanah di stasiun klimatologi pertanian dilakukan pada berbagai kedalaman, yaitu 5;10;20;50 dan 100 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan pada tanah berumput pendek dan pada areal terbuka. Seperti diketahui bahwa suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air. Semakin rendah suhu, semakin sedikit air yang diserap oleh akar, karena itu penurunan suhu tanah mendadak dapat menyebabkan kelayuan tanaman.
           
            Peningkatan suhu di sekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah. Peranan suhu kaitannya dengan kehilangan lengas tanah melewati mekanisme transpirasi dan evaporasi. Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanman akan mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau.

Pada musim kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya terbatas. Pengaruh negatif suhu pada lengas tanah dapat diatasi melalui perlakuan pemulsaan (mengurangi evaporasi dan transpirasi).

Tujuan Percobaan

            Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah untuk mengenal alat-alat pengukur suhu tanah serta cara mengukur suhu tanah.
Kegunaan Penulisan
-          Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-          Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA



            Jumlah panas yang sampai ke permukaan bumi disebabkan oleh konduksi bumi atau hasil proses kimia dan biologi yang tak berarti pada suhu tanah. Temperatur tanah utamanya sangat tergantung oleh jumlah radiasi yang diterima dari matahari. Kuantitas dari panas yang didapat dari permukaan bumi oleh konduksi dari bumi atau berasal dari unsur kimia dan proses biologi yang kecil memberikan efek temperature (Baver,1960).

Suhu tanah bervariasi secara berkelanjutan. Di permukaan tanah, pada malam hari panas yang telah hilang menghasilkan suhu yang menurun mencapai titik minimum dan ketika ada matahari suhu tanah yang minimum tersebut meningkat. Dengan bantuan sinar matahari, tanah memulai menyimpan energi yang kemudian menghilang, disebabkan suhu meningkat. Proses tersebut akan terus berkelanjutan hingga sore hari atau intensitas radiasi yang mengalami kemunduran disebabkan karena jumlah energi yang diterima menurun hingga hilang sama sekali dari permukaan tanah (hausenbuiller,1982).

Suhu tanah yang rendah dapat mempengaruhi penyerapan air dari pertumbuhan tumbuhan. Jika suhu tanah rendah, kecil kemungkinan terjadi transpirasi, dan dapat mengakibatkan tumbuhan mengalami dehidrasi atau kekurangan air. Pengaruh dari suhu tanah pada proses penyerapan bisa dilihat dari hasil perubahan viskositas air, kemampuan menyerap dari membran sel, dan aktivitas fisiologi dari sel-sel akar itu sendiri. Dengan kata lain pada keadaan udara yang panas maka evaporasi air dari permukaan tanah akan semakin besar (Tisdale and Nelson, 1966).

            Untuk mengatur suhu tanah bukanlah kemampuan manusia secara pribadi, tapi suhu tanah tersebut dapat di kontrol dengan dua cara yaitu dengan menutupi mulsa organik pada tanah, dan pengaturan tanaman residu yang keduanya dapat mempengaruhi implikasi biologi, juga bisa dengan mulsa plastik yang biasanya diberikan untuk perkebunan dan terakhir dapat dengan cara mengatur penguapan tanah (Brady and Weil,2000).

            Dari data suhu pada awal pertumbuhan, dapat diramalkan waktu kematangan tanaman tersebut, suhu tanah lebih memberikan jawaban pada perubahan setempat dari pada isolasi, topografi dan sebagainya. Suhu tanah terutama suhu ekstrim, akan mempengaruhi perkecambahan biji, aktivitas akar kecepatan, dan umur tanaman, serta terjadinya keganasan penyakit tanaman (Guslim, 2007).

Hebatnya lagi, semakin kecil albedo tanah maka akan semakin besar terjadinya fluktuasi suhu tanah. Oleh karena itu banyak di daerah bermusim panas menutup tanah dengan bubuk putih (pengapuran) yang akan mengurangi kemungkinan terjadinya fluktuasi suhu tanah  ke permukaan tanah, dan jika ditutupi dengan bubuk hitam maka akan terjadi fluktuasi suhu tanah besar-besaran (Wild,1973).

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting dalam kegiatan usaha agraris. Produktivitas tanah sangat dipengaruhi oleh kwalitas serta berbagai masukan teknologi. Perbedaan kwalitas tanah turut pula mempengaruhi luas pemilikan, jenis tanaman serta kepadatan penduduk (BAPPEDASU,1983).

            Suhu tanah setiap saat dipengaruhi oleh rasio energi yang diserap dan yang dilepaskan. Hubungan perubahan konstan ini digambarkan dlam perhitungan berdasarkan musim, bulanan, dan suhu tanah harian. Temperature harian atau jam dari atmosfer udara dan tanah pada zona-zona yang menunjukkan penandaan divergensi sesuai kondisi. (Brady,1984).

Tanah merupakan dasar pertanian yang menjadi kunci utama produksi makanan. Tidak seperti produksi yang dilaksanakan oleh industri kebanyakan dengan komponen tambahan, yang digunakan dari tahun ke tahun hingga dari abad ke abad. Pendalamannya dengan memahami dan menjaganya, petani memiliki semua harapan yang dapat membangun mimpi sebuah industri, perbaikan dasar produksi (Simpson,1983).

Humifikasi adalah sintesis senyawa organik baru berupa senyawa-senyawa humik, yaitu senyawa fulvat, humat, dan humin.  Mineral lempung juga dinamakan mineral sekunder karena tidak terdapat dalam bahan litosfer semula. Demikian pula senyawa humik disebut bahan organik sekunder karena tidak terdapat dalam bahan biosfer semula (Notohadiprawiro,1998).

            Erosi tanah akibat angin dapat terjadi pada beberapa tempat di permukaan bumi dimana topsoil tererosi menjadi partikel kecil dan berpindah ke atmosfer menjadi suatu bentuk awan debu, seperti yang terjadi pada daerah Oklahoma dan Kansasa. Hal ini menyebabkan masalah rendahnya pertumbuhan tanaman yang menyeluruh (Griffith, 1966).

Konsistensi tanah berguna pada estimasi aliran tanah atau ketahanan tanah terhadap (berat bangunan, goyangan, atau lalu lintas). Fruekuensi, laboratorium spesifik pengukuran dilapangan yang membaginya secara konsistensi. Suhu tanah mengalami perubahan dari pengembunan secara terus menerus pada kedalaman yang dangkal di banyak tanah di daerah Alaska yang beku sampai ke Hawai yang tropis, dimanapun jarang ditemukan suhu tanah dapat mencapai 100o F (37,8o C) pada hari yang panas sekalipun. Pada kebanyakan permukaan bumi, suhu tanah harian jarang mengalami perubahan pada kedalaman 20 inchi (51 cm). tapi dibawah kedalaman tersebut suhu tanah akan mengalami perubahan yang secara lambat menunjukkan pertambahan derajat suhu sekitar 2o F (Donahue dkk,1977).

Suhu tanah dipengaruhi oleh aktivitas mikrobakteri. Jangkauan suhu yang dicapai ketika nitrat dibentuk secara umum berkisar antara 1o-40o C (34o-104o F). suhu tanah yang optimum pada 30o C (86o F). walau bagaimanapun juga, nitrat berhubungan dengan faktor optimum, kadar nitrat rendah diperkirakan suhu tanah sekitar 34o F (Tisdale and Nelson, 1960).


BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Percobaan

            Percobaan ini dilakukan di Taman Alat Laboratorium Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan Pada Bulan Oktober 2010 sampai dengan selesai pada ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tanah sebagai objek pengamatan dan kertas sebagai media pencatat hasil.

            Adapun alat yang digunakan adalah Termometer tanah berselubung kayu sebagai alat untuk pengukuran suhu tanah, Termometer tanah bengkok sebagai alat untuk mengukur suhu tanah, dan pulpen sebagai alat untuk mencatat hasil pengamatan.

Gambar Alat



Prosedur Percobaan

-          Dilubangi tanah dengan ketentuan 0, 5, 10, 20, 30, dan 50.
-          Dimasukkan termometer ke dalam rongga tanah yang telah berlubang tersebut.
-          Selama 5 menit pada setiap lubang.
-          Diperiksa dan diamati skala temperatur.
-          Dicatat hasil pengamatan ke dalam buku data dalam bentuk tabel.
-          Digambar grafik hubungan suhu tanah dengan kedalaman tanah, suhu tanah dengan tanggal dan suhu tanah dengan suhu udara.

Prinsip Kerja Alat

-          Termometer tanah berselubung kayu

Dengan menggunakan termometer air raksa yang panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan, dan diberi selubung kayu ialah mencegah agar penyerapan panas seminimum mungkin sehingga tidak berpengaruh terhadap pemuaian Hg. Termometer ini ditancapkan tegak lurus dalam lubang tanah yang telah disiapkan, dengan bagian skala muncul diatas. Letak dan kedudukannya tidak boleh berubah dan dapat digunakan untuk berbagai kedalaman pengukuran yang telah disebutkan diatas. Namun kelemahan termometer ini ialah : a) pembacaan agak sulit dilakukan karena letaknya yang terlalu rendah b) dan selubung kayu mudah rusak

-          Termometer tanah bengkok (berskala bengkok)

Jenis termometer ini merupakan modifikasi bentuk termometer air raksa. Untuk mempermudah pembacaan dengan sudut antara 60o,45o, 15o atau 0 0  dari permukaan tanah. Termometer berskala bengkok ini bekerja dengan baik pada kedalaman 5;10;dan 20 cm. kelemahan jenis termometer ini adalah mudah terjadi adhesi air raksa dengan dinding kaca karena radiasi intensif dari sinar matahari, sehingga bagian skala perlu dilindungi kain putih atau selubung putih yang mengkilat

HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil


Hasil Data BMKG


TANGGAL
KEDALAMAN TANAH 20 cm
KEDALAMAN TANAH 40 cm
BTB
BTK
AIR
%
mm
BTB
BTK
AIR
%
mm
1
10,0
8,795
1,2
13,7
32,9
10,0
8,2
1,8
22,0
52,7
2










3
10.0
7,99
2,0
25,2
60,4
10,0
8,275
1,7
20,8
50,0
4










5
10,0
8,235
1,8
21,4
51,4
10,0
8,290
1,7
20,6
49,5
6










7
10,0
8,172
1,8
22,4
53,7
10,0
8,240
1,8
21,4
51,3
8










9
10,0
7,91
2,1
26,4
63,4
10,0
8,025
2,0
24,6
59,1


Hasil Data Harian


TANGGAL
PUKUL
KEDALAMAN TANAH (cm)
5
10
20
50
26 Agustus 2010
14.00
33
32
32
29
2 September 2010
14.00
33
32
31
28
21 September 2010
14.00
32
30
29,5
28
23 September 2010
14.00
32
30
28
22
28 September 2010
14.00
33
29
27
24
30 September 2010
14.00
31
30
29
28
4 November 2010
14.00
32,5
28,5
27,5
26
18 November 2010
14.00
33
33
20
26











Grafik







 


















Pembahasan

Berdasarkan dari hasil percobaan dan pengamatan, maka didapatlah data temperatur suhu tanah yang tertinggi yaitu 33º pada tanggal 28 September 2010 ; pukul 14.00 ; kedalaman tanah 5 cm dan suhu tanah yang terendah yaitu 20º pada tanggal 18 November 2010 ; pukul 14.00 ; kedalaman tanah 20 cm. Hal ini



















DAFTAR PUSTAKA


BAPPEDASU. 1983. Analisa Pola Tata Guna Tanah Berdasarkan Produktivitas Tanah di Sumatera Utara. BAPPEDASU. Medan.

Baver, L.D., 1740. Soil Physics. John Wiley & Sons, Inc., New York.

Brady, N.C., 1984. The Nature and Properties of Soils. MacMillan Publishing. New York.

Brady, N.C., and Weil, R.R., 2000. Elements of The Nature and Properties of Soils. Prentice Hall. New Jersey.

Donahue, R.L., Miller, R.W., and Shickluna, J.C., 1977. An Introduction to Soil and Plant Growth. Prentice Hall. New Jersey.

Griffiths, F. J. 2006. Applied Climatology An. Second Edition. Texas A&M University. Texas.

Guslim. 2008. Agrokloimatologi. USU Press. Medan.

Hausenbuiller, R.L., 1982. Soil Science. Wm. C. Brown Company. Lowa.

Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan Lingkungan. DEPDIKBUD. Jakarta.

Simpsons, K., 1983. Soil. Longman. New York.

Tisdale, S.L, and Nelson, W.L., 1960. Soil Fertility and Fertilizers. The MacMillan Company. New York.

Tisdale, S.L., and Nelson, W.L., 1966. Soil Fertility and Fertilizers. MacMillan Publishing. New York.

Wild, A., 1973. Russel’s Soil Conditions and Plants Growth. Longman. New York.